MediaFlazz.Com

Google

Clock

Saturday, November 24, 2007

Apa yang berada di belakang Kita Dan apa yang berada di depan Kita

Adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam Kita.
Jangan menghabiskan waktu untuk saling menyalahkan;
bereskan masalahnya.
(Zig Ziglar)

Friday, November 23, 2007


Tuhan yang Mahabaik memberi Kita ikan,
Tetapi Kita harus mengail untuk mendapatkannya.

Demikian juga Jika kamu terus menunggu waktu yang tepat,
Mungkin kamu tidak akan pernah mulai.
Mulailah sekarang...
Mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya.
Jangan pernah pikirkan kenapa Kita memilih seseorang untuk dicintai,
Tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih Kita untuk mencintainya.

Friday, July 20, 2007

MONOPOLI


"Janganlah memonopoli Kebenaran dan
Janganlah memonopoli Kesalahan"

Wednesday, June 27, 2007

Sujud (2)

Nabi (s.a.w.) juga mengatakan, Setiap orang beriman yang bersujud (mensujudkan dirinya), akan ditingkatkan (maqamnya) satu derajat oleh Allah. Tentang terdiri atas apa satu derajad itu, ketahuilah bahwa itu bukanlah sesuatu yang kecil, karena setiap surga dapat terdiri atas satu derajat.
Untuk alasan inilah, banyak di antara para orang saleh melakukan banyak sujud sunnah tambahan kepada Allah, setelah menyelesaikan shalat fardhu mereka. Setiap kali mereka menemui sebuah kesulitan, apakah urusan spiritual atau keduniawian, mereka mencari perlindungan kepada Rabb mereka melalui sujud mereka kepada Nya.
Seseorang harus membabat kebanggaan pribadi dan membuat diri pribadi sujud, karena seseorang yang bersungguh-sungguh berserah diri kepada Rabb nya tidak lagi dapat berserah diri kepada dirinya sendiri. Sekali keadaan itu tercapai, shalat adalah semata-mata untuk Allah.
Itulah sebabnya Nabi s.a.w. mengatakan, Apa yang sangat saya takutkan bagi Ummatku adalah syirk tersembunyi. Yang beliau takutkan bagi ummatnya bukanlah syirk dzahir (penyembahan berhala), karena beliau diberitahu Allah bahwa ummatnya terlindung dari hal itu selamanya, namun syirk tersembunyi, yang segala sesuatu terkait untuk kepentingan pamer.

Sujud (1)

Di antara tanda-tanda Nya adalah malam dan siang, dan matahari dan rembulan. Jangan memuja matahari dan rembulan, tapi pujalah Allah, Yang menciptakan mereka, jika kamu ingin mengabdi kepada Dia.


Selanjutnya Allah menarik perhatian kita pada sifat berserah-diri mereka, dengan mengatakan:
Tidakkah sudah engkau lihat bahwa dihadapan Allah bersujud siapapun di langit dan siapapun di bumi, dan matahari, dan rembulan, dan bintang-bintang, dan bukit-bukit, dan pepohonan, dan binatang, dan banyak bangsa manusia?

Nabi (s.a.w.) mengatakan, Tidak satupun yang membawa abdi Allah lebih dekat kepada Hadhirat Allah dari pada sujud tersembunyinya (al-khafi). [Dalam Sujud Raga adalah seperti sebuah Singgasana dan Ruh adalah Raja Yang Duduk di Titik Tertinggi /Qalbu ]

Perjalanan Spiritual (1)

Pernahkah kita membayangkan atau memikirkan 'Apakah sebenarnya spiritual itu? Apakah tujuannya? Lalu, apakah kunci atau caranya untuk mencapai tujuannya itu?
Sebenarnya kunci spiritual adalah diri kita sendiri, pengertian kita sendiri. Adalah kunci dari semuanya. Tidak ada seorang gurupun yang dapat membantu kita untuk maju dalam perkara spiritual, apabila kita sendiri tidak mempunyai keinginan untuk mau maju dan berusaha.
Meskipun kita sendiri ingin maju tetapi tanpa kita mengetahui arah, tujuan dan pengertian yang benar, kita sebenarnya tidak maju.
Mungkin hanya berputar-putar di tempat atau lebih jelek dan parah lagi, mungkin kita berjalan mundur ke belakang saat merasa bahwa kita maju atau mungkin malah kita terpeleset jauh dari tujuan utamanya.

Thursday, June 21, 2007

Energy Follows the Mind

"Energi mengikuti pikiran"... secara ilmiah motor pikiran adalah otak, dimana otak manusia diciptakan Allah SWT, mempunyai struktur dan fungsi yang sangat rumit bin komplek... didalamnya terdapat 10 milyar syaraf otak / neurous (tapi gue sendiri belum ngitung, kalkulator cuma 10 digit, gak cukup he.... he.. he..) yang terhubung dengan beberapa ratus triliun jaringan (synapses) dan dipenuhi oleh senyawa cairan otak (neurochemicals) dimana kilatan listrik berloncatan diantara jaringan dan senyawa tersebut saat otak bekerja. Loncatan2 listrik inilah yang disebut dengan energi. Dengan adanya suatu pemikiran maka akan menghasilkan pancaran energi tertentu ke alam semesta yang akan saling berinteraksi, dimana pancaran energi dari manusia sering kita sebut dengan energi mikrokosmos sedangkan energi alam semesta biasa kita kenal dengan energi makrokosmos.... Maka jika kita sering melatih pikiran kita, hati-hatilah gunakan untuk kebaikan bukannya kejahatan, karena sedikit aja pemikiran itu timbul baik buruk / jahat, akan mempengaruhi kondisi kita baik secara fisik maupun bathin...

Jika perlu bukti/contoh konkrit, kita lihat kilas balik saja, ketika 'mbahnya energi' (Albert Einstein) yang pernah mengatakan "Energi mengikuti pikiran/imajinasi". Dia sendiri mengaku telah membuktikannya saat dia ditanya bagaiaman dia mampu menghasilkan begitu banyak teori spektakuler, dia menjawab imajinasinyalah yang menjadi salah satu bahan bakar dari idenya itu.
Pikiran kita sebenarnya adalah sebuah magnet yang luar biasa, yang mampu menjadi otopilot atas apa yang ingin kita wujudkan, yang kita cita-citakan bahkan yang sekedar kita imajinasikan. Sekali fisik kita merencanakan dan mematrikan imajinasi dalam pikiran kita (dalam healing sering kita sebut "niat/afirmasi"), fisik kita pun mulai mencari jalan bagaimana merealisasikan apa yang sudah kita pikirkan. Ada pepatah latin mengatakan, "Fortis imaginatio generat casum", artinya imajinasi yang jelas menghasilkan kenyataan.

Contoh sekaligus praktek... :) coba aja latihan di bawah ini :
Latihan memerlukan sebuah pendulum (bisa cincin yang ringan diikat benang) yang diikatkan kira-kira 15 inchi di atas meja. Duduklah menghadap pendulum dan berupayalah menggerakkannya dengan menpergunakan daya konsentrasi anda. Ketika anda melakukan ini, anda harus menrilekskan pikiran dan badan. Ingat akan prinsip membiarkan dan menperhatikan proses pemusatan pikiran dengan konsentrasi penuh pada pendulym, tanpa mengharapkan keberhasilannya.Nah dengan tenang dan penuh percaya diri, tetapi anda menfokuskan pikiran pada pemdulum: bukan hanya pada permukaannya, tetapi menfokuskan pikiran seakan menguasai seluruh pendulum dengan perasaan. Berikutnya adalah tindakan yang harus serasi dengan apa yang terjadi sebelumnya. Maka dengan tetap menpertahankan keadaan santai, mulailah proses penkhayalan visualisasikan pemdulum bergerak biarpun sebenarnya masih tetap diam. Gambarkan gerakan itu tanpa mencemaskan hasilnya. Tanpa upaya “memaksakan hasilnya” pendulum bergerak..
Anda harus memulai merasakan dengan santai gerakan-gerakan pendulum itu secara berirama dan teratur sambil terus membayangkan gerakan pendulum. Teruskanlah bayangan yang dikhayal itu, makin lama makim kuat dalam bayangan ada, sampai pendulum yang ada pandang mulai bergerak.
Coba aja kalo ga' berhasi jangan salahkan saya... tanya aja pada "rumput yang bergoyang".... he.. he.. he..

Friday, June 15, 2007

Rezeki Halal Sumber Kebahagiaan

Allah telah memerintahkan kepada kita agar selalu mencari rizki dari sumber yang halal. Dan perintah ini banyak ‎terkandung dalam ayat alquran, diantaranya dalam surah Annahl ayat 114‎ Yang artinya: “ Maka makanlah lagi baik dari rezki yang telah diberikan oleh Allah kepadamu, dan syukuriklah ni’mat ‎Allah jika kamu benar-benar menyembah-NYA.”‎ Demikian juga Islam yang kita anut telah menganjurkan agar kita berusaha dengan tekun dan memberikan yang terbaik. ‎Sebagai umat yang menjadi panutan sudah sewajarnya kita menunjukkan bahwa setiap usaha kita adalah yang terbaik yang akan ‎membuahkan hasil yang baik juga. ‎ Cara memperoleh rezki yang halal.‎ Perencanaan.‎ Dengan melakukan perencanaan yang matang terhadap masalah sumber keuangan dalam kehidupan kita sehari-hari, ‎maka kita akan terhindar untuk melakukan pengumpulan uang dengan jalan yang tidak di ridloi oleh Allah.‎ Berusaha.‎ Dengan perencanaan yang matang tadi, terus kita praktekkan dalam bentuk usaha yang benar-benar untuk mencari rezki ‎yang halal. Ketika niat kita sudah kuat dan bulat, maka seberat apapun tantangan dalam hidup akan dapat teratasi.‎ Doa.‎ Dalam waktu yang bersamaan kita juga harus selau ingat kepada Allah dengan memperbanyak doa agar dipermudah dan ‎diberkati usaha kita. ‎ Dampak rezki yang halal Maka dari itu kita perlu bermuhasabah mengenai usaha dan pekerjaan kita sekarang ini. Yang menjadi pertanyaan, ‎apakah kita sudah memastikan bahwa sumber mata pencaharian kita adalah yang halal?.Sangat penting bagi kita semua untuk ‎menjaga agar tidak ada sesuatu barang yang haram masuk kedalam tubuh kita. ‎ Membentuk keluarga yang bahagia Andaikata sesuatu yang kita makan berasal dari rezki yang halal maka dalam kehidupan akan terasa tenang. Berbeda ‎dengan orang yang memakan dari rezki yang haram dalam sehari-harinya, keluarga akan berantakan walaupun kaya dalam ‎materi. Maka jangan menyalahkan kepada anak-anaknya, ketika nantinya menjadi anak yang susah diatur dan durhaka kepada ‎kedua orang tua. Karena memang sumbernya berasal dari sesuatu yang tidak diridloi oleh Allah.‎ anak berani kepada orang tua. Itu tidak lain ‎adalah dampak daripada rezki haram yang mereka makan dalam kehidupan sehari-hari.‎ Rasulullah telah bersabda: “ Tiada mendatangkan faedah bagi daging yang tumbuh dari sumber yang haram, ‎melainkan nerakalah tempat yang sewajarnya bagi daging itu.” (HR Imam Turmudzi)‎ Hidup lebih terarah.‎ Dengan rezki yang halal akan menjadikan kehidupan kita semakin nikmat dan terarah. Menerima apa yang telah ‎diberikan oleh Allah kepada kita tanpa harus terus melihat keatas dalam masalah harta. Ketika hati kita selalu berpikir masalah ‎kekayaan, maka yang terpikir adalah bagaimana memperoleh sesuatu yang belum ada pada diri kita, tanpa melihat kenikmatan ‎yang telah kita terima.‎ Rezki haram pangkal kehancuran Kalau kita mau menengok kondisi dimasyarakat sekarang ini, betapa banyak orang yang tidak lagi memiliki rasa malu ‎dalam mencari sesuap nasi sehingga mendorong terjadinya praktek suap, tidak amanah terhadap pekerjaan sehingga dampaknya ‎adalah keingimnan manusia cepat kaya dan menganggap harta kekayaan sebagai sesuatu yang paling penting dalam kehidupan.‎ Maka tidak berlebihan kalau kita sering mendengar banyak ungkapan dalam kehidupan sehari-hari, mencari rezki yang ‎haram saja susah apalagi mendapat rezki yang halal atau kita akan senantiasa miskin jika tidak mencar rezki tambahan dari ‎sumber yang haram. ‎ Rasulullah menjelaskan hal ini dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah “ Bakal datang kepada ‎manusia suatu masa orang tidak lagi peduli terhadap apa yang diambilnya, apakah itu halal atau haram.”‎ Demikian juga dari Ibnu Umar berkata: “ Barang siapa yang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham, satu ‎dirham diantaranya uang yang haram, maka Allah tidak akan menerima sholatnya selama pakaian itu masih dipakainya. ‎Kemudian Ibnu Umar memasukkan jarinya kedalam dua telinganya, lalu berkata: “ biarkanlah telinga ini tuli kalau tidak mau ‎mendengarkan perkataan dari Rasulullah ini.” ( HR Imam Bukhori)‎ Anggapan yang demikian adalah tidak benar sama sekali. Sebab Allah telah menjamin rezki kita dan memberikan rezki ‎kita sesuai dengan kadar yang telah ditentukan Allah yang kita tidak tahu berapakah kadar tersebut. Oleh karena itu kita perlu ‎terus berusaha, bekerja dan mencari rezki yang halal. kita tidak boleh tergantung pada nasib atau mengeluh nasib, karena itu tidak ‎membawa faedah.‎ Sebelum kita akhiri marilah kita menengok sebentar tentang kisah seorang sahabat yang dapat kita jadikan sebagai suri ‎tauladan dalam masalah kehati-hatiannya dalam makanan yang haram. Beliau adalah Abu Bakar, seoramg Kholifah pertama ‎setelah wafatnya Rasulullah. Dalam suatu hari beliau makan sesuatu, lalu hambanya memberitahu bahwa makanan yang barusan ‎dimakan tadi adalah hasil dari pekerjaannya sebagai tukang tilik sebelum dia masuk Islam. Mendengar hal tersebut beliau lantas ‎mengeluarkan makanan tersebut dan memuntahkan semua yang ada dalam perutnya. Lalu hambanya menegur: “Mengapa engkau ‎wahai baginda mengeluarkan makanan yang sudah engkau makan?. Maka beliau menjawab: “ Aku pernah mendengar Rasulullah ‎bersabda bahwa badan yang tumbuh subur dengan makanan yang haram pasti akan merasakan api neraka. Oleh karena itu aku ‎memaksa makanaan itu keluar, takut kalau-kalau ia menyuburkanku.‎ Semoga dengan niat untuk mencari rezki yang halal serta berusaha, rezki yang kita terima diberkati oleh Allah. Rezki ‎yang penuh berkah akan menjadikan kita bukan saja umat yang dijadikan suri tauladan akan tetapi umat yang memberikan ‎sumbangan kepada bangsa, agama dan negara. Wallohu A’lam Bisshowab oleh: Ustadz Ulin Niam Masruri ‎ Dicopy dari milist Pesantren Virtual - "Pondok Pesantren era Digital" ‏ ‏

Monday, May 21, 2007

Maafkan Semua Orang Yang Pernah Berbuat Salah

"Ya Allah berkahilah orang-orang yang memusuhiku, membenciku, menghinaku, yang berbuat jahat dan salah kepadaku, yang mengkhianatiku, yang men-dzalimi diriku"
"Ya Allah berkahilah orang-orang yang pernah aku musuhi, aku benci, aku hina, yang pernah aku berbuat jahat dan salah kepadanya, yang pernah aku khianati, dan yang pernah aku dzalimi"
"Sesungguhnya aku ini orang yang sangat lemah dan takut akan berbuat kesalahan"
"Berkahilah dengan cinta-kasih, kedamaian, ketentraman, kenyamanan........."

Wednesday, May 16, 2007

Maafkan Aku Bila Aku Mengeluh

Hari ini, di sebuah bus, aku melihat seorang remaja tampan dengan rambut sedikit ikal. Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan aku sangat ingin memiliki gairah hidup yang sama. Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan. Dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu. Namun ketika dia lewat .... ia tersenyum. Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku.

Aku berhenti untuk membeli sedikit kue. Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona. Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira. Seandainya aku terlambat sampai di kantor, tidaklah apa-apa. Ketika aku pergi, dia berkata, 'Terima kasih. Engkau sudah begitu baik.
Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu. Lihatlah, aku buta.' Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.

Lalu, sementara berjalan. Aku melihat seorang anak mirip bule dengan bola mata biru. Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain sepak bola. Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya. Aku berhenti sejenak, lalu berkata, 'Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, Nak ?' Dia memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar. Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.

Dengan dua kaki untuk membawaku ke mana aku mau. Dengan dua mata untuk memandang mentari dan bukit-bukit. Dengan dua telinga untuk mendengar desir angin dan segala bunyi.
Ya Allah, maafkan aku bila aku mengeluh.

http://van.9f.com/renungan%20islam/maafkan_aku_karena_banyak_mengeluh.htm

Manusia Oh Manusia

Ini cerita atau tamsil mengenai kondisi kita sebagai manusia, Insya Allah ada hikmah/manfaatnya Telah dtg seorang bijak di hadapan rumah seorang lelaki. Orang bijak itu terkejut apabila mndapati lelaki itu sedang memukul seekor kucing. Orang bijak itu bertanya kpd lelaki tersebut 'Kenapa kamu pukul kucing yg lemah ini??' Jawab lelaki tersebut' Aku telah menjumpainya di sebuah lorong ketika ia dalam keadaan yg tersangat lemah & kedinginan , kemudian aku mengambilnya & memberinya makanan serta minuman. Aku pelihara sehingga ia benar2 sehat, tetapi sesudah kucing itu sehat ,ia membuang najis/kotoran pada semua tempat di rumahku. Kemudian berkatalah si orang bijak : 'Ini sebenarnya peringatan & tamsilan antara kita dgn Allah. Dia telah memelihara kita sejak dari kecil yg tersangat lemah & dhaif, lalu Allah beri kita makan, pakaian dan segala2nya tetapi setelah begitu banyak kebaikan dan nikmat Allah yg kita rasakan, kita durhaka kepadaNYA dan tidak melaksanakan perintahNYA dan belum ikut cara hidup kekasihnya yaitu Rasulullah . Lihatlah betapa baiknya dan rahmatnya Allah, walaupun kita durhaka kepadaNYA,Dia masih belum menyiksa atau memukul kita dgn azabNYA.' Kemudian pergilah orang bijak itu dan beristighfarlah lelaki tersebut krn mengenang dosa2nya terhdap Allah. Jika ia lambat diperingatkan oleh orang bijak itu, sudah tentu dipertanggungjawabkn atas kesalahannya di mahkamah Allah kelak krn telah mencoba menyiksa kucingnya............... http://van.9f.com/renungan%20islam/ohh_manusia.htm

Tuesday, May 15, 2007

“Satu-satunya saat aku dapat selaras dengan segala sesuatu adalah saat ketika aku selaras dengan diriku. Satu-satunya saat aku selaras dengan diriku adalah ketika aku menghadirkan diriku. Satu-satunya saat aku selaras dengan diriku adalah ketika aku menghadirkan diri ini dalam keseragaman”.
Hazrat Pir Naadir Syah Angha
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi (penyakit-penyakit) yang ada dalam hatimu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”
(QS. 10:57)

ARTIKEL USTADZ YUSUF MANSUR

PENGANTAR

Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.
Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang
kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan
kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-
kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain.
kepada yang mau peduli dan berbagi. Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan. Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan sahabat Saudara. Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya. Di pembahasan-pembahas an tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan
fadilah-fadilah/ keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi,
kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan.
Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat "mukhlishiina lahuddien", derajat orang-orang yang
mengikhlaskan diri kepada Allah.

Matematika Dasar Sedekah
Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?
10 – 1 = 19
Pertambahan ya? Bukan pengurangan?
Kenapa matematikanya begitu?
Matematika pengurangan darimana?
Koq ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar?
Kenapa bukan 10-1 = 9?
Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari
apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak
lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil
dari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi
mereka yang mau berbuat baik.
Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang
sepuluh itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang
satu yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.
Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah,
tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allah
juga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedar
sepuluh kali lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat.
Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah
itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-
husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti
membalas dengan balasan yang pas buat kita.

Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak
Kita sudah belajar matematika dasar sedekah, dimana setiap kita
bersedekah Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat
(walaupun ada di ayat lain yg Allah menyatakan akan membayar 2x
lipat). Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main dengan
matematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita
bersedekah, ternyata betul Allah akan semakin banyak juga memberikan
gantinya, memberikan pengambalian dari-Nya.
Coba lihat ilustrasi matematika berikut ini:
Pada pembahasan yang lalu, kita belajar:
10 - 1 = 19
Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:
10 - 2= 28
10 - 3= 37
10 - 4= 46
10 - 5= 55
10 - 6= 64
10 - 7= 73
10 - 8= 82
10 - 9= 91
10 - 10= 100
Menarik bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin
banyak. Sekali lagi, semakin banyak bersedekah, semakin banyak
penggantian dari Allah.
Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah,
meringankan langkah untuk bersedekah, dan membuat balasan Allah
tidak terhalang sebab dosa dan kesalahan kita.

Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang
kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan
kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-
kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap
manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang
sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu
Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya,
menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-
Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada
siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain.
kepada yang mau peduli dan berbagi.
Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang
sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi
barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta
kita memperhatikan jika ingin diperhatikan
nsya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan
segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang
melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya,
saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga,
kawan dan sahabat Saudara. Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa
diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan
hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan
sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya
Di pembahasan-pembahas an tentang sedekah, saya akan banyak mendorong
diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan
fadilah-fadilah/ keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai
kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis,
adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi,
kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah
pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal. Kepada
Allah juga semuanya berpulang

Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus
membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai
kepada derajat "mukhlishiina lahuddien", derajat orang-orang yang
mengikhlaskan diri kepada Allah.

2.5 % Tidaklah Cukup

Saudaraku, barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke
sedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa
diangkat, 2,5%. Kita akan coba ilustrasikan, dengan perkalian
sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh
yang signifikan.
Contoh berikut ini, adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji
1jt. Dia punya pengeluaran rutin sebesar 2jt. Kemudian dia
bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1jt itu. Maka kita dapat
perhitungannya sebagai berikut:
Sedekah: Sebesar 2,5%
2,5% dari 1.000.000 = 25.000
Maka, tercatat di atas kertas:
1.000.000 – 25.000 = 975.000
Tapi kita belajar, bahwa 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan
mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh
kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan
rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:
975.000 + 250.000 = 1.225.000
Lihat, "hasil akhir" dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1jt, "hanya"
jadi Rp. 1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar
Rp. 2jt. Boleh dibilang secara bercanda, bahwa jika dia
sedekahnya "hanya" 2,5%, dia masih akan keringetan untuk mencari
sisa 775.000 untuk menutupi kebutuhannya


Coba Jajal Sedekah 10 %
Saudara sudah belajar, bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketika
diterapkan dalam kasus seorang karyawan yang memiliki gaji 1jt dan
pengeluarannya 2jt, maka dia hanya mendapatkan pertambahan 250rb,
yang merupakan perkalian sedekah 2,5% dari 1jt, dikalikan sepuluh.
Sehingga "skor" akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi Rp.
1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt.
Sekarang kita coba terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%.
Sedekah: Sebesar 10%
10% dari 1.000.000 = 100.000
Maka, tercatat di atas kertas:
1.000.000 – 100.000 = 900.000
Kita lihat, memang kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengan
kita bersedekah 2,5%. Tapi kita belajar, bahwa 900.000 itu bukanlah
hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia
keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar
1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa
yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:
900.000 + 1.000.000 = 1.900.000
Dengan perhitungan ini, dia "berhasil" mengubah penghasilannya,
menjadi mendekati angka pengeluaran yang 2jt nya. Dia cukup butuh
100rb tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkan


2.5 ITU CUKUP, KALAU ..
Setiap perbuatan, pasti ada balasannya. Dan satu hal yang saya
kagumi dari matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyatab
selalu punya keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahas
pelan-pelan sisi ini, sampe kepada pemahaman yang mengagumkan
tentang kebenaran janji Allah tentang perbuatan baik dan perbuatan
buruk.
Kita sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup.
Mestinya, begitu saya ajukan dalam tulisan terdahulu, sedekah kita,
haruslah minimal 10%. Dengan bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan-
kebutuhan kita, yang memang kita hidup di dunia pasti punya
kebutuhan, akan tercukupi.
Dari ilustrasi di dua tulisan terdahulu, saya memaparkan bahwa
ketika seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang 1jt,
maka "pertambahannya" menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp.
975.000, sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambah
dengan pengembalian sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya.
Bila sedekah 2,5% ini yang dia tempuh, sedangkan dia punya
pengeluaran 2jt, maka kekurangannya teramat jauh. Dia masih butuh
Rp. 775.000,-. Maka kemudian saya mengajukan agar kita bersedekah
jangan 2,5%, tapi lebihkan. Misalnya 10%.
Saudaraku, ada pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwa
katanya, sedekah kita yang 2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupi
kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia ini, maupun kebutuhan yang lebih
hebat lagi di akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain
sedekah. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan
selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya;
qabliyah ba'diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan
dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan
sekerja, kawan usaha. Terus, kita punya maksiat sedikit, keburukan
sedikit. Bila ini yang terjadi, maka insya Allah, cukuplah kita akan
segala hajat kita. Allah akan menambah poin demi poin dari apa yang
kita lakukan.
Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal,
dan banyak maksiatnya. Jadilah kita orang-orang yang merugi. Skor
akhir yang sebenernya sudah bertambah, dengan sedekah 2,5% itu,
malah harus melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga diri.
Perbuatan buruk kita, memakan perbuatan baik kita.
Tambahi terus amaliyah kita, dan kurangi terus maksiat kita

Kalikan Dari Target Supaya Beroleh Lebih
Saudaraku, ini menyambung tiga tulisan terdahulu. Kasusnya, tetap
sama: Seorang karyawan dengan gaji 1jt, yang punya pengeluaran 2jt.
Bila karyawan tersebut mau hidup tidak pas-pasan, dan mau dicukupkan
Allah, dia harus menjaga dirinya dari keburukan, dan terus memacu
dirinya dengan berbuat kebaikan dan kebaikan. Kemudian, lakukan
sedekah 10% bukan dari gajinya, melainkan dari pengeluarannya.
Kita lihat ya…
Sedekah 10% dari 2jt (bukan dari gajinya yang 1jt), maka akan
didapat angka sedekah sebesar Rp. 200rb. Gaji pokok sebesar 1jt,
dikurang 200rb, menjadi tinggal 800rb. Lihat, angka tercatatnya
tambah mengecil, menjadi tinggal 800.000.
Tapi di sinilah misteri sedekah yang ajaib. Yang 200rb yang
disedekahkan, akan dikembalikan sepuluh kali lipat oleh Allah, atau
menjadi 2jt. sehingga skor akhirnya bukan 800rb, melainkan 2,8jt.

Dengan perhitungan di atas, kebutuhannya yang 2jt, malah terlampaui.
Dia lebih 800rb. Subhanallah. Apalagi kalau kemudian dia betul-betul
mau memelihara diri dari maksiat dan dosa, dan mempertahankan
perbuatan baik, maka lompatan besar akan terjadi dalam hidupnya.
Sebuah perubahan besar, sungguh-sungguh akan terjadi. Baik kemuliaan
hidup, kejayaan, kekayaan, hingga keberkahan dan ketenangan hidup.
Sekali lagi, subhanallah.

__._,_.___

Friday, May 11, 2007

“Penyembuhan luka apapun, baik secara fisik maupun metafisik, didasarkan pada pemerolehan status keseimbangan dan ekuilibrium antara status fisik kesadaran dan kekuatan penyembuhan yang eksistensial”.
Hazrat Pir Naadir Syah Angha

Thursday, May 10, 2007


Ya Rabb!!!
Sesungguhnya Engkau telah memberiku sebagian dari kekuasaan dan telah mengajariku sedikit mengenal makna dari berbagai peristiwa.
Wahai pencipta langit dan bumi!!!
Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat.
Matikanlah aku sebagai orang yang berserah kepada-Mu dan satukanlah aku bersama orang-orang yang saleh.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad s.a.w adalah hamba dan rosul-Nya. Amin…
Ada 18000 alam semesta yang diciptakan, dan yang kita ketahui hanya satu, yakni alam semesta yang kita diami.
17999 lagi hidup berdampingan dengan alam semesta kita dan memiliki fungsi-fungsi lain yang tidak kita ketahui dan tak akan pernah kita ketahui.
Dia tidak menciptakan manusia dengan kemampuan untuk memahami seluruh ciptaan-Nya. Tetapi pada saat kematian ketika selubung disingkapkan. Setiap orang akan dengan serta merta melihat seluruh alam langit dan alam semesta dan akan terheran-heran dengan kepiawaian rancangan Tuhan.
Dan meskipun langit itu rumit, namun Dia telah menciptakan tubuh manusia sangat jauh lebih rumit.

Wednesday, May 9, 2007


"Setan meratap, menangis dan mengoyak-ngoyak rambutnya pada empat peristiwa; ketika ia dikutuk, ketika ia disingkirkan dari surga, ketika Nabi Muhammad s.a.w diangkat sebagai Nabi dan ketika Surah Al-Fatihah diturunkan"

Tuesday, May 8, 2007


"Jangan memandang sakit sebagai musuh, lebih baik kita melihatnya sebagai sebuah peristiwa, mekanisme tubuh, yang bermanfaat untuk membersihkan, menyucikan dan menyeimbangkan kita pada tataran fisik, emosi, mental dan spiritual".

"Ada hal yang ditetapkan bagimu yang tidak kamu sukai padahal baik bagimu, dan ada hal yang kamu sukai padahal tidak baik bagimu."

Tuesday, May 1, 2007

Misykaatul Anwar


Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya itu laksana sebuah Misykaat di dalamnya ada lampu. Lampu itu di dalam sebuah kaca. Kaca itu laksana bintang yang gemerlapan. Dipasang dari sebatang kayu yang beroleh berkat, iaitu (minyak) pohon zaitun, tidak timur, dan tidak barat. Hampir sahaja minyak itu bernyala-nyala walaupun ia belum disentuh oleh api. Cahaya Atas Cahaya
(Surah An-Nur: 35)

Adanya Dzat


Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin Ingsun, sajatine kang maha suci anglimputi ing sipatIngsun, anartani ing asmanIngsun, amratandhani ing apngalIngsun.

( Sesungguhnya tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu, yang paling awal adanya adalah AKU, sesungguhnya yang Maha Suci meliputi sifatKU, menyertai namaKU, menandakan perbuatanKU )

Siapa Yang Melakukan Kejahatan, Maka Ia Sendiri Yang Akan Menuai Akibatnya

Dikisahkan bahwa para pembantu sebagian raja menemukan seorang bocah di sebuah jalan, lalu mereka mengambilnya. Mengetahui hal itu, sang Amir memerintahkan agar bocah tersebut dididik dengan baik dan dijadikan bagian dari keluarga istana. Ia lantas memberinya nama ‘Ahmad al-Yatim’ (Ahmad Si Yatim).

Tatkala ia semakin tumbuh menjadi remaja, tampaklah padanya tanda-tanda kecerdasan dan kepintaran. Karena itu, sang raja menggambleng akhlaqnya dan memberikan pengajaran kepadanya. Dan ketika ajalnya sudah dekat, ia berwasiat kepada putra mahkotanya agar menjaga anak ini, maka ia pun dimasukkan ke dalam istana kerajaan, menjadi orang pilihan dan diambil janjinya untuk tetap setia sebagai pembantu yang amanah. Setelah itu, pangkatnya dinaikkan menjadi pemutus perkara yang terjadi di antara para pembantu Amir (putra mahkota) dan pengontrol jalannya urusan istananya.

Pada suatu hari, sang Amir menyuruhnya untuk menghadirkan sesuatu di sebagian biliknya. Maka pergilah ia ke sana untuk mengambilnya, namun secara tak sengaja ia memergoki salah seorang dari para pelayan wanita yang bekerja khusus untuk sang Amir tengah berduaan dengan seorang pemuda dari kalangan para pembantu, melakukan perbuatan mesum dan berzina. Menyadari dirinya kepergok, si pelayan wanita ini memelas kepadanya agar merahasiakan kejadian tersebut dan berjanji akan memberinya semua yang diinginkannya seraya menggodanya dengan tujuan agar rahasianya tidak dibocorkan akan tetapi ia malah berkata kepada si pelayan wanita tersebut, “Aku berlindung kepada Allah dari melakukan khianat terhadap sang Amir dengan berzina padahal dia telah berbuat baik padaku.” Kemudian ia meninggalkan pelayan wanita tersebut dan berpaling darinya sementara dalam hatinya, ia berniat untuk tidak membocorkan rahasia tersebut.

Rupanya, si pelayan wanita tersebut merasa ketakutan lebih dahulu dan membayangkan seakan Ahmad al-Yatim akan membocorkan rahasianya kepada sang Amir. Karena itu, ia menunggu kedatangan Amir ke istananya, kemudian pergi ke sana sambil menangis-nangis dan mengadu. Lalu Amir menanyakan kepadanya apa gerangan yang terjadi.? Dia mengatakan bahwa Ahmad al-Yatim telah menggodanya dan ingin memaksanya untuk melakukan zina. Begitu mendengar pengaduan itu, marah besarlah sang Amir pada Ahmad dan berniat untuk membunuhnya. Kemudian, beliau pun membuat rencana pembunuhan tersebut secara terselubung agar tidak ada orang yang tahu mengenai kematiannya nanti dan apa sebab terbunuhnya.

Untuk itu, sang Amir berkata kepada pembantunya yang paling senior, “Bila aku utus kepadamu seseorang yang membawa nampan dan meminta kepadamu begini dan begitu, maka penggallah lehernya dan letakkan kepalanya di dalam nampan tersebut serta kirim lagi kepadaku.” Sang pembantu senior itu pun mengiyakannya dengan penuh kepatuhan.

Pada suatu hari, sang Amir memanggil Ahmad al-Yatim seraya berkata, “Pergilah ke fulan, si pembantu lalu katakanlah kepadanya begini dan begitu.”

Ia pun melakukan apa yang diperintahkan Amir tersebut dan langsung pergi, hanya saja di tengah perjalanannya dia bertemu dengan sebagian pembantu yang ingin agar ia menengahi perselisihan yang terjadi di antara mereka akan tetapi ia minta ma’af karena ada halangan dengan mengatakan bahwa ia sedang mengemban tugas dari Amir. Mereka menahannya seraya berkata, “Kami akan mengirim fulan, si pembantu untuk menggantikanmu dan melakukan apa yang diminta darimu untuk melakukannya tersebut sehingga kamu bisa memutuskan perselisihan di antara kami ini.” Maka dia pun mengabulkan permintaan itu dan mereka pun mengirim seorang pembantu di antara mereka untuk menggantikannya. Ternyata, orang tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah pemuda yang telah berbuat zina dengan si pelayan wanita tersebut.

Tatkala orang ini pergi ke tempat yang telah ditentukan, ketua pembantu yang senior itu membawanya pergi ke suatu tempat yang telah dipersiapkannya dan setibanya di sana, ia segera memenggal lehernya dan meletakkan kepalanya ke dalam nampan lalu menutupnya. Setelah itu, ia membawanya ke hadapan Amir. Saat sang Amir melihat nampan tersebut, ia mengangkat tutupnya namun betapa terperanjatnya ia karena ternyata yang ada di dalamnya itu bukanlah kepala Ahmad al-Yatim. Karena itu, sang Amir langsung memanggil para pembantu agar menghadirkan Ahmad, lalu menanyakan kepadanya kenapa bisa terjadi demikian. Maka, ia memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi sehingga posisinya digantikan oleh pembantu yang lain. Sang Amir pun bertanya kepadanya, “Apakah kamu tahu apa dosa yang dilakukan si pembantu ini.?”
“Ya, dia telah melakukan ini dan itu bersama si pelayan wanita, lalu kembali dan mereka berdua memintaku atas nama Allah agar merahasiakan kejadian itu,” katanya.

Begitu mendengar penuturannya, sang Amir memerintahkan agar si pelayan wanita tersebut pun dieksekusi juga.

Akhirya, suasana seperti semula kembali lagi menyeruak ke dalam kehidupan Ahmad. Ia semakin mendapatkan kecintaan dan penghormatan dari sang Amir.

Alhasil, inilah buah dari kesetian dan sebaliknya akibat dari perbuatan khianat. Allah Ta’ala berfirman, "Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya."(Q.s.,Faathir:43)

(SUMBER: Mi`atu Qishshah Wa Qishshah Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin karya Muhammad Amin al-Jundy, Juz.II, h.33-35)

Thursday, April 26, 2007

Kedengkian


"Kedengkian itu seperti makanan asin yang senantiasa merapuhkan tulang. Hasad itu juga seperti penyakit kronis yang selalu menggerogoti tubuh pelan-pelan hingga rusak dan membusuk."

"Seorang 'pendengki' akan selalu panas ketika melihat orang lain mendapatkan kenikmatan dan kelebihan."

Wednesday, April 25, 2007

Kebaikan Pada Segala Sesuatu (H.R. Muslim)


Abu Ya’ la bin Aus meriwayatkan kepada Rasul bahwa beliau bersabda, ”Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu. Karena jika engkau membunuh (dalam peperangan ), bunuhlah dengan baik, jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik. Dan hendaknya seseorang dari kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan ( tidak menyiksa ) hewan sembelihannya"

Berbuatlah Sesukamu (H.R. Bukhari)

Abu Mas’ud Uqbah berkata bahwa Rasul bersabda, ”Sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari ungkapan kenabian yang pertama adalah, Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu”

Orang Kaya Pergi Membawa Banyak Pahala (HR. Muslim)

Abu Dzar berkata : Sekelompok sahabat berkata, ” Wahai Rasul orang-orang kaya pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa, sebagaiman kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya." Nabi bersabda, ” Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? ( yakni ) bahwa setiap kali tasbih ( bacaan subhanallah ) adalah sedekah, setiap kali tahmid ( bacaan alhamdulillah ) adalah sedekah, setiap kali tahlil ( bacaan La ilaha illallah ) adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan jimaknya seseorang di antara kalian adalah sedekah. Mereka bertanya, ”Wahai Rasul, apakah jika salah seorang diantara kami memenuhi hajad syahwatnya berpahala ?” Rasul menjawab ”Menurutmu bukankah jika ia menyalurkan syahwatnya pada yang haram dosa ? maka demikian pula apabila ia menyalurkan pada yang halal, ia mendapat pahala.

Tuesday, April 24, 2007


Sebab-Sebab Turunnya Rizki


Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau
rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu
pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta
bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu
yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang. Maka tak
jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh
segala cara yang penting keinginan tercapai. Akibatnya bermunculanlah
koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan
bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggal kan ibadah kepada
Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.

Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba- Nya sebab-sebab
yang dapat mendatangkan rizki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia
menjanjikan keluasan rizki kepada siapa saja yang menempuhnya serta
menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan jaminan bahwa mereka pasti
akan sukses serta mendapatkan rizki dengan tanpa disangka-sangka.

Diantara sebab-sebab yang melapangkan rizki adalah sebagai berikut:

- *Takwa Kepada Allah*
Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan
menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
artinya,
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada
disangka-sangkanya. " (At Thalaq 2-3)

Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam
segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di akhirat.
Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh adalah Allah akan
menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap permasalahan dan problematika
hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya rizki secara tidak terduga.
Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, "Yaitu barang
siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan
menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar
dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali
sebelumnya."

Allah swt juga berfirman, artinya,
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. " (QS. 7:96)

- *Istighfar dan Taubat*
Termasuk sebab yang mendatang kan rizki adalah istighfar dan taubat,
sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam ,
"Maka aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampun kepada Rabbmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun" niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai. " (QS. 71:10-12)
Al-Qurthubi mengatakan, "Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud
(ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab turunnya
rizki dan hujan."

Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri,
maka beliau berkata, "Beristighfarlah kepada Allah", lalu ada orang lain
yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada
Allah". Ada lagi yang mengatakan, "Mohonlah kepada Allah agar memberikan
kepadaku anak!" Maka beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah".
Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun
juga menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah."
Maka orang-orang pun bertanya, "Banyak orang berdatangan mengadukan
berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar
beristighfar. " Beliau lalu menjawab, "Aku mengatakan itu bukan dari diriku,
sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh,(seperti tersebut
diatas, red)

Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu
berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya
saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa
menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar yang demikian
tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan.

- *Tawakkal Kepada Allah*
Allah swt berfirman, artinya,
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. " (QS. 65:3)
Nabi saw telah bersabda, artinya,
"Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan
sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rizki kepadamu sebagaimana
burung yang diberi rizki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali
dalam keadaan kenyang." (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)

Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri
dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa
hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di
alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan
kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari
Allah semata.

Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh
al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah
Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat
(bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan
hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat
memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain
Dia.

- *Silaturrahim*
Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah
satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:
-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya,
" Dari Abu Hurairah ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam bersabda, "Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan
dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim. " (HR Al
Bukhari)
-Sabda Nabi saw, artinya,
"Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam
bersabda, " Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau
harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya
silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan
memperpanjang umur." (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)
Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada
hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau
tidak, mahram atau bukan mahram.

- *Infaq fi Sabilillah*
Allah swt berfirman, artinya,
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya
dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. " (QS. 34:39)
Ibnu Katsir berkata, "Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang
diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan
memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di
akhirat kelak."
Juga firman Allah yang lain,artinya,

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari
padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan
dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui." (QS. 2:267-268)
Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt
berfirman, "Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu."
(HR Muslim)

- *Menyambung Haji dengan Umrah*
Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu
Mas'ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
bersabda, artinya,
"Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan
menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan karat
dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya
kecuali surga." (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)
Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan
umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut
dengan melakukan ibadah haji.

- *Berbuat Baik kepada Orang Lemah*
Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rizki dan
pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada
orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya,
"Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki
melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian." (HR. al-Bukhari)
Dhu'afa' (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada
fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar,
hamba sahaya dan lain sebagainya.

- *Serius di dalam Beribadah*
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,
artinya,
"Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhl ah engkau beribadah kepada Ku,
maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung
kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu
dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu. "
Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta
tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga
dalam beribadah, tunduk dan khusyu' hanya kepada Allah, merasa sedang
menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang
bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.

Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah, jihad,
bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan,
istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di sampaikan secara
lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Mudah-mudahan Allah memberi kan
taufik dan bimbingan kepada kita semua. Amin.

*( Sumber: Kutaib "Al Asbab al Jalibah lir Rizqi", al-qism al-ilmi Darul
Wathan. )*

Monday, April 23, 2007

MENGAPA MUSIBAH SELALU MENDERA?

MENGAPA MUSIBAH SELALU MENDERA?

Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi

Sesungguhnya kami memuji Allah Tabaraka wa Ta'ala atas apa yang telah Dia
siapkan, berupa kesempatan yang baik ini. Yaitu, kami berkumpul di dalam
kesempatan ini dengan ikhwan kami seagama dan dalam satu manhaj (jalan);
mengikuti Kitabullah, dan Sunnah Rasulullah, serta pemahaman para Salaf yang
shalih. Walaupun kita berada dalam batas geografi yang berbeda, dan tempat
yang saling berjauhan, namun kemuliaan manhaj ini, kesempurnaan dan
kebaikannya, tidaklah memecah-belah antar kita. Maka, jadilah pertemuan ini
dalam bagian sejumlah perjumpaan yang telah mengumpulkan kami bersama
saudara-saudara kami di negara ini, sejak beberapa tahun yang lalu, lewat
ceramah-ceramah dan kajian-kajian ilmiah bersama. Kami bersyukur kepada
Allah Rabbil 'Alamin atas nikmat ini. Betapa berharganya kenikmatan ini.

Rasa terima kasih juga kami haturkan kepada orang-orang yang memiliki jasa
(andil) yang diberkahi dalam mengatur dan menyiapkan pertemuan-pertemuan
ini. Khususnya, saudara-saudara (panitia) atau Ta'mir Masjid Istiqlal yang
telah memberikan kesempatan ini. Dan ini termasuk dalam bingkai saling
menolong yang terpuji secara syar'i. Allah Ta'ala berfirman :

"Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa" [Al- Maidah : 2]

Maka kami ucapkan kepada mereka terima kasih yang banyak. Nabi kita
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

"Artinya : Orang yang tidak bisa berterima kasih kepada manusia, dia tidak
akan bisa bersyukur kepada Allah" [1]

Karena itu, ungkapan syukur kita kepada orang yang berhak menerimanya [2],
merupakan bentuk syukur kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman:

"Artinya : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu" [Ibrahim : 7].

Selanjutnya, syukur kita kepada Rabb kita, akan menambah nikmat Rabb kita
kepada kita, dan memperbanyak karunia-Nya kepada kita. Allah Ta'ala
berfirman :

"Artinya : Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya)" [An-Nahl : 53]

Dan sebagaimana firman-Nya:
"Artinya : Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak
dapat menentukan jumlahnya" [An-Nahl :18]

Jauhnya jarak kita dari sikap syukur kepada Rabb, menjadi ukuran sejauh mana
keburukan, celaka dan kesesatan serta perbuatan jelek yang melanda umat,
sehingga Allah menimpakan adzab-adzab- Nya. Sebuah siksaan yang hampir-hampir
tidak akan hilang, kecuali dengan kembali sepenuhnya kepada agama Allah,
mensyukuri nikmat-Nya kembali, dan memperbaharui kepada keteguhan di atas
perintah Allah Azza wa Jalla.

Karena, syukur nikmat merupakan sebab turunnya rahmat Allah, dan jalan
menuju keridhaan-Nya. Sebaliknya, mengingkari nikmat menjadi faktor pencetus
datangnya siksa dan merupakan jalan menuju kemurkaan-Nya. Selanjutnya,
siksaan dan kemurkaan-Nya ini pasti akan menyebabkan umat menjadi lemah,
terbelakang, dan terpuruk.

Orang yang melihat sembari merenung, dan orang yang memperhatikan sambil
berpikir, akan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa kondisi umat
ini, umat Islam, pada zaman ini, berada dalam kehinaan dan tidak lurus. Umat
Islam berada atau hampir berada di bagian belakang kafilah, setelah
dahulunya mereka menjadi pengendali dan terdepan [3]. Padahal, umat Islam
adalah umat yang memiliki harta kekayaan, sumber daya manusia,
fasilitas-fasilitas , kuantitas yang banyak, dan potensi-potensi.

Akan tetapi, kemunduran masih terus terjadi, menjadi umat yang paling
rendah, terlemah dan terburuk. Mereka dikuasai (musuh), seolah-olah pedang
berada di atas leher (mereka). Apakah sebabnya? Apakah penyakitnya? Dan
apakah obat penyembuhnya?

Tidak mungkin yang menjadi penyakitnya adalah karena sedikitnya harta, atau
kekurangan sumber daya manusia, maupun sedikitnya sumber penghasilan.
Karena, semua ini melimpah. Jadi, apakah sebenarnya penyakit umat ini?
Adakah jalan untuk mengetahui obatnya, hingga bisa dimanfaatkan, dan
digunakan, selanjutnya kita pun bisa keluar dari keadaan-keadaan yang berat
dan susah ini, keadaan yang buruk, yang sedang menyelimuti umat ini dan
hampir-hampir tidak bisa lepas darinya, kecuali dengan curahan taufik Allah
Azza wa Jalla bagi umat ini.

Wahai saudara-saudara seagama,
Kenyataannya memang pahit. Sesungguhnya, ada beberapa sebab dan
bermacam-macam penyakit, hal itulah yang menjerumuskan umat ke dalam
musibah-musibah, bencana-bencana dan ujian-ujian ini. Umat tidak akan dapat
keluar dan melepaskan diri dari semua musibah ini, kecuali dengan taufik
Allah Azza wa Jalla , dengan tambahan karunia dan kenikmatan dari-Nya.

Permasalahan besar seperti ini tidak mungkin diselesaikan secara parsial,
hanya melalui seminar-seminar, ceramah, kajian, dengan satu atau beberapa
kalimat. Semua ini kami sampaikan, untuk tujuan saling menasihati dalam
kebenaran dan kesabaran, dalam rangka mengajak untuk berpegang teguh dengan
tali Allah, dalam upaya menjalin ta'awun (saling menolong) di atas kebajikan
dan takwa. Maka, kami ingin mengatakan sebagai peringatan, sesungguhnya
sebab-sebab yang telah menjerumuskan umat ini ke dalam belitan bencana dan
ujian ini banyak, bahkan sangat beragam. Akan tetapi, secara global bermuara
pada dua bahaya besar yang telah menimpa agama umat ini. Padahal, agama
merupakan sebab kelestarian umat ini, petunjuk bagi umat dalam menangani
urusan mereka. Bila penyebab ini tiada, maka pengaruhnya pun sirna.

Saya hanya ingin menyebutkan dua penyakit saja, yang pertama adalah penyakit
kebodohan, tidak mengerti din (agama); dan tidak mengetahui syari'at Rabbul
'Alamin. Saya akan menyebutkan sebagian dalil-dalil tentang hal ini, insya
Allah.

Dalam Shahihain (dua kitab Shahih), Shahih Imam Bukhari dan Shahih Imam
Muslim, dari sahabat yang agung, 'Abdullah bin 'Amr bin al 'Ash, dia
mengatakan: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْتَزِعُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا وَلَكِنْ يَقْبِضُهُ
بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَالَمْ يَبْقَ عَالِمٌ اتَّخَذَ النَّاسُ
رُءُوسًا جُهَّالًا فَيَسْتَفْتُوْهُمْ فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا
وَأَضَلُّوا

"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu (dari manusia) secara
langsung, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mematikan ulama. Sehingga ketika
tidak tersisa seorang 'alimpun, orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin
yang bodoh, lalu orang-orang bertanya kepada mereka, lalu mereka berfatwa
tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan" [4]

Mereka (para pemimpin yang bodoh itu) menjadi orang-orang yang sesat atas
ulah mereka ini. Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan mereka juga menjadi
orang-orang menyesatkan. Jadi, petunjuk hadits ini begitu jelas, maknanya
sangat gamblang, bahwa kedangkalan ilmu (agama) dan berkurangnya jumlah
ulama (yang baik) termasuk penyakit terbesar dan penyakit terparah yang
menimpa umat di halaman rumahnya sendiri, dan menimpa penduduknya, terutama
cengkeraman musuh (atas diri kita).

Wahai saudara-saudaraku.
Sungguh, mengetahui penyakit ini akan membuat kita berhasil mengetahui inti
dari permasalahan ini, sehingga kita akan memahaminya berdasarkan ilmu,
agama, dan realita, untuk mengetahui penyakit dan obatnya; daripada mengkaji
satu masalah yang tidak benar atau mengungkap sesuatu yang tidak sesuai
fakta. Jika demikian, justru penyakit itu akan semakin parah, dan pemberian
obatnya pun keliru. Dampaknya, umat tidak akan merasakan manfaatnya, bahkan
musibah dan ujian akan semakin meningkat.

Ilmu syar'i (agama) yang sarat kebijaksanaan ini bukanlah ibarat hiburan,
dan bukan pula perkara yang hukumnya sekedar mustahab (dianjurkan) saja.
Akan tetapi hukumnya adalah fardhu 'ain (kewajiban individu) atas setiap
muslim, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Artinya : Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim".
Dan tidak diragukan lagi, bahwa kata muslim (dalam hadits ini, Red.)
mencakup laki-laki dan wanita. Oleh karena itu, ilmu syar'i merupakan
tonggak umat, memiliki peran serta dan penjaga eksistensinya. Allah Ta'ala
berfirman:

"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri"[Ar- Ra'd :11]

Sungguh, Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum, yang sebelumnya memiliki
kemuliaan, ketahanan, kekuatan, dan memiliki peran, serta keteguhan, menjadi
kaum yang lemah, penuh kekurangan, tercabik-cabik dan terpuruk, sampai
mereka sendiri mau merubah keadaan yang ada pada diri mereka, yang berupa
gejala-gejala buruk dalam menyikapi agama. Yang terburuk adalah kebodohan
(terhadap agama), dan yang paling parah yaitu kedangkalan ilmu, sampai
mereka kembali kepada masa lalunya yang mulia dan reputasinya terdahulu.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengisyaratkan kejadian ini,
mengisyaratkan kepada kenyataan, yang tidak ada seorang pun yang menolaknya.
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُؤْتَمَنُ فِيهَا
الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ
وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ فَقَالَ
الصَّحَابَةُ: مَا الرُّوَيْبِضَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَحَدَّثُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

"Artinya : Sesungguhnya menjelang hari Kiamat terdapat tahun-tahun yang
menipu, orang yang berkhianat diberi amanat, orang yang terpercaya dianggap
khianat, orang yang berdusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, dan
ruwaibidhah akan berbicara," para sahabat bertanya,"Apakah ruwaibidhah,
wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,"Seorang yang hina dan bodoh berbicara
tentang urusan orang banyak".[5]

Seorang yang tafih/safih (hina, bodoh) ini, tanda dan sifat pertamanya
adalah bodoh, tidak memiliki ilmu dan tidak memiliki pemahaman. Maka,
marilah kita renungkan keadaan tabib (dokter) ini, dia mengobati orang lain,
padahal dia sendiri sakit. Nabi n bersabda tentang tabib yang mengobati
badan :

مَنْ تَطَبَّبَ وَلَمْ يُعْلَمْ مِنْهُ طِبٌّ (قَبْلَ ذَلِكَ) فَهُوَ ضَامِنٌ

Barangsiapa mengobati, sedangkan dia (sebelumnya) tidak dikenal (dengan)
keahlian dalam pengobatan, maka dia menanggung.[ 6].

(Jika ini berkaitan dengan masalah pengobatan jasmani, Red.), maka bagaimana
dengan terapi pengobatan (yang berhubungan dengan masalah-masalah) agama?
Bagaimana mereka ini (berani) mengeluarkan fatwa kepada umat, berupa
fatwa-fatwa yang menenggelamkan umat dalam kelalaian dan menambah
keterpurukannya, serta menghalangi dari sebab kebangkitannya?

Semua ini dilakukan atas nama ilmu, padahal demi Allah, itu merupakan
kebodohan. Semua itu dengan disampaikan atas nama agama, padahal demi Allah,
itu merupakan kelalaian. Semua itu dikatakan atas nama petunjuk, padahal
demi Allah, itu merupakan kesesatan. Adakah setelah kebenaran selain
kesesatan saja?

Dahulu, ketika para ulama membimbing dan memimpin, umat berada di atas
kebaikan, umat berada di depan dan menjadi maju. Namun, ketika para ulama
itu mengalami kemunduran, umat pun terpengaruh. Tatkala Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah memimpin, dan tatkala ilmi berada di puncak pimpinan,
keadaan itu menyebabkan kemajuan duniawi.

Setiap orang mengetahui bahwa jihad Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah tidak hanya melalui penyebaran ilmu saja, dengan membantah ahli
bid'ah dan ahli ahwa' (orang-orang yang melakukan bid'ah dan mengikuti
hawa-nafsu), menyanggah orang-orang yang menyimpang dan orang-orang yang
rusak keyakinannya. Akan tetapi, jihad beliau itu sangat kompleks dan luas.
Beliau berjihad dengan pedang dan tombak, sebagaimana beliau berjihad dengan
pena dan penjelasan. Inilah Syaikhul Islam, yang memimpin tentara,
lasykar-lasykar Islam dan di front depan dalam pertempuran Syaqhab
(شَقْحَبُ) di Damaskus pada abad ke-8. Beliau rahimahullah memerangi
musuh-musuh Allah, yaitu bangsa Tartar dan para pembela mereka yang hendak
menyerang umat Islam di daerahnya sendiri. Beliau menghadang mereka dengan
kuat, dengan sikap yang agung, yang besar, dan indah. Sejarah selalu
menyebutnya dan mempersaksikannya, karena beliau rahimahullah memandang ilmu
dengan setinggi-tingginya. Beliau bernaung di bawah bendera sulthan, dalam
ketaatan kepada Allah, dan dalam perkara yang ma'ruf (baik). Bukan bertolak
dari sekedar semangat yang kosong dan perasaan yang membinasakan,
sebagaimana dilakukan oleh banyak orang yang mengaku ingin berjihad tanpa
ilmu belakangan ini. Mereka ini tidaklah menegakkan ilmu dengan sebenarnya,
tidak mengerti kedudukan ilmu dengan bentuk sebenarnya. Akibatnya, mereka
sesat dan menyesatkan, walaupun dengan menamakan agama, walaupun dengan nama
jihad, walaupun dengan nama syari'at; mereka ibarat jauh panggang dari api.

Sekarang telah datang Tartar yang baru (yakni orang-orang kafir Barat,
Red.). Dewasa ini, mereka menyerang umat di halaman rumahnya sendiri. Mereka
menyerang wawasan umat, sejarahnya, dan kemuliannya, serta menerjang
negara-negara kaum Muslimin. Akan tetapi, umat ini -sangat disayangkan-
belum bisa melahirkan Ibnu Taimiyah yang lain, tidak mampu memunculkan
seorang ulama yang agung, yang disegani lagi cerdas, yang menempatkan hak
kepada pemiliknya, dan mengagungkan kedudukan syari'at. Karenanya, umat
terus-menerus tidak beranjak dari tempatnya, yaitu kelemahan dan
kemundurannya, sampai Allah mengizinkan datangnya (kemuliaan) yang baru
melalui sikap kembali secara kuat menuju manhaj Allah yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji. Tidak ada jalan ke arah sana kecuali dengan ilmu, kecuali
dengan ilmu, kecuali dengan ilmu. Dan, hal ini tidak akan terwujud,
melainkan dengan taufik Allah Azza wa Jalla . Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:

"Artinya : Jika kamu bertakwa kepada Allah, Dia akan memberikan furqan
(pembeda antara al haq dengan kebatilan) kepadamu" [Al-Anfal : 29]
"Artinya : Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya" [Ath-Thalaq : 4]

Oleh karena itu, ilmu merupakan batu pertama untuk melakukan ishlah
(perbaikan), pada sebuah istana yang besar; yang pertama kali dimulai adalah
dengan batu bata ini, agar ilmu agama ini menjadi asas yang menjadi landasan
kebaikan manusia.

Akan tetapi, ilmu yang sedang kita bicarakan ini, dan selalu kita sampaikan,
bagaimanakah ciri khasnya? Apakah tanda-tandanya? Apakah sebuah ilmu yang
merujuk pikiran dan hawa nafsu belaka, berdasarkan persangkaan dan perkiraan
semata, ataukah ilmu tersebut yang berasaskan al Kitab dan as-Sunnah?

Ilmu yang tegak di atas cahaya, petunjuk terbaik dan perilaku paling
sempurna adalah ilmu yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam. Beliau bersabda:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا
بَعْدِي أَبَدًا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّتِي

"Artinya : Aku telah tinggalkan pada kalian dua perkara. Kalian tidak akan
sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku" 8]

Inilah ilmu yang dimaksud. Inilah cahaya-cahaya dan pengaruh-pengaruhny a.
Dengan ilmu, kebodohan akan hilang. Seiring dengan sirnanya kebodohan, maka
siang menjadi nampak, cahayanya bersinar, dan malam pun menghilang bersama
dengan kegelapan dan kesuramannya.

Bukankah waktunya sudah dekat? Benar, demi Allah. Akan tetapi, hal ini
menuntut adanya kebangkitan ilmiyah, jiwa perintis yang kuat, tidak berhenti
dan tidak lemah dari diri kita. Membutuhkan kebangkitan ilmu yang tegak di
atas Kitab Allah dan Sunnah Nabi.

Saudara-saudaraku seagama., demikianlah penyakit pertama, yaitu kebodohan.
Sedangkan obatnya adalah ilmu.

Adapun penyakit kedua yaitu penyakit bid'ah, dan obatnya adalah Sunnah,
penawarnya adalah ittiba` (mengikuti) Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam .
Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman tentang beliau:

"Artinya : Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk"
[An-Nur : 54]

Jadi, umat ini akan bisa meraih hidayah dengan ilmu yang berasaskan Sunnah,
sehingga semua bid'ah bisa dijauhi dengan segala kotorannya, kesesatannya,
dan kegelapannya. Inilah yang akan dibicarakan oleh yang mulia Syaikh Salim
al Hilali pada pembahasan berikutnya.

Semoga shalawat, salam dan berkah dilimpahkan kepada Nabi kita Shallallahu
'alaihi wa sallam dan keluarga beliau dan para sahabat beliau semuanya.
Akhir perkataan kami adalah alhamdulillah Rabbil-'Alamin.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007. Disunting dari
muhadharah di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu, 22 Muharram 1428H/10 Februari
2007M, Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Isma'il Muslim Al-Atsari]
__________
Foote Note
[1]. Hadist ini kami dapati dengan lafazh : "Barangsiapa tidak mensyukuri
manusia, dia tidak mensyukuri Allah". [HR Ahmad, Ibnu Abi Ashim, dan Ibnu
Baththah, dari sahabat An-Nu'man bin Basyir. Dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani di dalam Ash-Shahihah no. 6677]
[2]. Yaitu kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita
[3]. Kafilah berasal dari bahasa Arab "Qafilah", yaitu rombongan banyak
orang yang bergerak pulang dari safar atau memulai safar. Rombongan ini
membawa binatang tunggangannya, barang-barangnya dan perbekalannya.
Maksudnya, bahwa kaum muslimin dahulu menjadi pemimpin bangsa-bangsa, namun
sekarang terbelakang.
[4]. Hadits ini disampaikan oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul
Hamid Al-Asari –hafizhahullah- secara makna. Adapun sebagian lafazhnya yang
termaktub dalam Shahih Al-Bukhari : " Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut
ilmu dari hamba-hamba secara langsung, tetapi dia mencabut ilmu dengan
meafatkan ulama. Sehingga ketika Allah pun tidak menyisakan seorang alim
pun, lalu mereka itu ditanya, lantas berfatwa tanpa ilmu. Akibatnya, mereka
sesat dan menyesatkan" [HR Bukhari, no. 100]
[5]. ]. Hadits ini disampaikan oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul
Hamid Al-Asari –hafizhahullah- secara makna. Adapun lafazh hadits yang kami
dapati adalah, salah satunya : " Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang
menipu, orang yang berdusta dibenarkan, orang yang benar di dustakan, orang
yang berkhianat diberi amanat, orang yang amanat dianggap khianat, dan
Ruwaibidhah akan berbicara pada masa itu'. Beliau ditanya : 'Apakah
Ruwaibidhah? ' Beliau menjawab, 'Seorang yang hina lagi bodoh (berbicara
tentang) urusan orang banyak" [HR Ibnu Majah, no. 4036 dari Abu Hurairah.
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]
[6]. Yakni, menanggung jika ada kebinasaan atau semacamnya. HR Abu Dawud no.
4586, An-Nasai no. 4830, Ibnu Majah no. 3466. Dihasankan oleh Syaikh
Al-Albani.
[7]. Syaqhab adalah nama desa kecil di dekat Damaskus, di perbatasan Hauran.
Jaraknya dengan Damaskus adalah 37km. Dinukil dari Muqif Ibni Taimiyyah
minal Asy'irah, hal.164
[8]. Hadits shahih lighairihi dengan penguatnya. Riwayat Malik 2/899, no.
1661 dengan lafzh : "Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak
akan sesat selama berpegang kepada keduanya : Kitab Allah dan Sunnah
NabiNya. Silahkan lihat At-Ta'zhim wal Minnah di Intisharis Sunnah, hal.
13-14, karya Syaikh Salim Al-Hilali.

(Dikutip dari salah satu milist....)