MediaFlazz.Com

Google

Clock

Friday, January 11, 2008

Manusia bercermin pada Manusia lainnya

Apabila anda dibenci atau dimusuhi oleh seseorang maka sebenarnya yang memusuhi anda itu sedang bercermin pada diri anda dan mereka membenci diri mereka sendiri. Jadi bersabarlah, jangan membalas terhadap apa yang telah manusaia lain perbuat atas diri anda karena mereka pada dasarnya sedang menyakiti diri mereka sendiri. Ilmu tertinggi adalah sabar, lakukan hal ini agar anda menemukan makna sejati tentang kehidupan ini.

Guru Sejati

Manusia harus mencari guru sejatinya. Guru sejati ada pada diri manusia. Kalau manusia ingin menempuh jalan sepiritual dan hanya mengandalkan bimbingan dari guru fisik saja maka tidak akan pernah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan sang mencari tersebut. Karena dalam tiap-tiap manusia akan terdapat perbedaan-perbedaan dalam suatu tingkatan pemahaman terhadap sesuatu hal yang akan mengakibatkan terjadinya salah paham dan salah pengertian. Guru fisik hanya menuntun pada hal-hal yang bersifat dasar.

Adil itu Sukses Bersama

Sejauh ini banyak diantara kita yang memandang keadilan dari sudut pandang yang sempit, yakni adil sebatas berbagi kebendaan. Padahal adil itu cakupannya luas.
Adil bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya secara benar, pas, berimbang dan proposional. Buah dari keadilan adalah kelancaran, kesuksesan, kepuasan dan kebagahagiaan.
Lawan dari adil adalah zalim yang buahnya adalah kemacetan, kegagalan, kekecewaan dan penderitaan.
Beberapa hal yang perlu disikapi dengan adil adalah;
Adil dalam aktifitas membaca dan mempelajari sesuatu, berapa banyakkah waktu yang kita gunakan untuk membaca dan belajar hal-hal yang bersifat umum? Dan berapa banyakah waktu yang kita gunakan untuk membaca dan mempelajari hal-hal keagamaan, sepiritual..?
Sudahkah kita adil dalam hal ini, jika tidak adil, bersiaplah menelan kepahitan dalam arti yang sesungguhnya, karena mempelajari yang bersifat umum tidak sebanding dengan mempelajari keagamaan secara khusus adalah kezaliman.
Hal lain adalah pembagiana waktu bekerja mencari nafkah. Ada waktu untuk keluarga, saudara dan untuk lingkungan rumah, termasuk waktu untuk istirahat.
Semua itu harus kita perlakukan dengan adil, agar semuanya lancar, semuanya sukses, semua tidak ada yang dirugikan dan semuanya bahagia.
Keadilan memang kunci sukses secara merata dan bersama karenanya berlaku adillah dalam berbagai hal, niscaya seluruh bumi yang kita pijak dimanapun kita berada akan terasa membahagiakan.

Jujur lebih dari Emas

Berlaku jujur memang kadang sulit sebab tidak jarang berbuah penderitaan. Namun apakah karena itu kita tidak jujur...? Kita takut berbuat jujur? Sebagai manusia kita tidak bisa tidak harus berbuat jujur, apapun resikonya..! Dan apapun buahnya...!
Persoalan sulit, persoalan menderita itu adalah sebuah ujian saja dari Allah. Ketika kemudian lulus dari ujian kejujuran maka kesejahteraan kelak yang akan kita dapat.

Mari kita simak sebuah ilustrasi di bawah ini :

Ada seorang karyawan bergaji pas-pasan namun berposisi di tempat yang licin yang rawan KKN dan dia sering mendapat tawaran yang menggiurkan untuk ber-KKN.
Kalau dia mau dia bisa kaya raya, akan tetapi dia tidak lakukan hal tersebut. Pribadinya tangguh luar biasa, setiap kali ada yang mengajak ber-KKN dengan alasan "Gajimu kan sedikit", jawabannya sungguh mencengangkan; "Siapa bilang gaji saya sedikit, Gaji sangat besar Pak..., kalau Bapak tahu, Bapak pasti akan sangat iri, gaji saya disini hanya sebagai ujian saja buat saya, karena itu tolong Bapak bantu, jangan mengajak saya untuk ber-KKN agar saya lulus ujian, sehingga saya bisa menerima gaji yang sangat besar, yaitu.."..."
Sekarang orang tersebut sudah pindah kerja ke perusahaan besar yang memang membutuhkan orang-orang jujur. Ternyata jujur itu lebih berharga dari emas.

Wednesday, January 9, 2008


Usah gelisah apabila dibenci manusia,
karena masih banyak yang menyayangi mu di dunia.
Tapi gelisahlah apabila dibenci Allah,
karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.

AIRMATA RASULULLAH SAW...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.

Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, " kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai ding! in, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.